Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Punarbhawa Sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri

A. Punarbhawa Sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri

Gambar Punarbhawa Reinkarnasi Kelahiran kembali
Gambar Punarbhawa Reinkarnasi Kelahiran kembali

HAKIKAT HUKUM KARMA
Weda mengajarkan bahwa semua manusia pada hakikatnya memiliki kesadaran yang disebut dengan jiwatman. Kesadaran itulah yang seharusnya menjadi energi dalam hidup ini untuk menghindari perilaku yang tidak baik. Oleh karena itu, perjuangan hidup pada hakikatnya adalah perjuangan kebajikan untuk menundukkan ketidakbaikan.

1. Pengertian Punarbhawa

Berdasarkan bahasa Sanskerta, punarbhawa terbentuk dari dua kata, yaitu Punar artinya lagi dan bhawa artinya menjelma. Dengan demikian, punarbhawa berarti kelahiran yang terulang ke dunia yang disebabkan oleh karma dan wasana dari kehidupan seseorang tersebut. Kejadian tersebut sangat rahasia karena yang bersangkutan atau orang yang terlahir tersebut tidak mampu mengetahui, siapa sebenarnya dirinya.

Rahasia kelahiran yang berulang-ulang ke dunia disebabkan oleh karma wasana dari suatu kehidupan yang lain, sebelum seseorang mengetahui hakikat sang diri. Pengetahuan tersebut diuraikan pada bhagawadgita sebagai berikut.

Janma Karma ca me divyam
evaṁ yo vetti tatvataḥ,
tyaktvā deham purnarjanma
naiti mām eti so rjuna.
Terjemahannya:
Ia yang mengetahui sebenarnya kelahiran suci dan karya-Ku, ia tidak
lahir lagi, jika meninggalkan badannya, ia datang padaku, O Arjuna.
(Bhagawadgita. IV. 9)

Uraian sloka tersebut menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki tujuan untuk mencapai kesempurnaan menyatu dengan Hyang Widhi Wasa. Kelahiran tersebut merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup. Selain itu guna mengatasi kesengsaraan dan suka duka dengan cara terus berusaha meningkatkan kualitas diri demi mencapai kesempurnaan agar bisa melepaskan diri dari keterikatan duniawi yang selanjutnya menyatu dengan Hyang Widhi Wasa dengan selalu berkarma yang baik. Karena karma dan phala menjadi satu bagian yang tidak pernah terpisah.

Di dalam Weda disebutkan Karma phala ngaran ika palaning gawe hala hayu. Terjemahanya, karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma (Slokantara 68). Hukum karma ini sesungguhnya sangat berpengaruh terhadap baik buruknya segala makhluk sesuai dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan semasa hidup. Hukum karma dapat menentukan seseorang hidup bahagia atau menderita. Jadi, setiap orang berbuat baik (subha karma), pasti akan menerima hasil dari perbuatan baiknya, demikian pula sebaliknya (Tim Penyusun, 2012).

2. Hakikat Punarbhawa

Kehidupan ini sangat rahasia, kita sebagai manusia hanya diberi kesempatan untuk menggunakan waktu hidup ini sebaik-baiknya dengan cara selalu berpikir, berkata, dan berperilaku yang baik dan benar. Karena apapun yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya itu semua adalah hasil karma sebelumnya. Jika semua itu bisa disadari dan mampu mengetahui bahwa hidup ini sebagai kesempatan untuk berbuat baik dan mengendalikan perilaku yang tidak baik menjadi baik, maka itu sesungguhnya hakikat dari punarbhawa.

Dalam hubungannya, secara rasio umat Hindu sangat percaya akan adanya punarbhawa, karena di luar batas kemampuan pikiran manusia. Oleh karena itu, adanya punarbhawa itu harus diterima melalui keimanan atau keyakinan. Hal ini sesuai dengan yang diuraikan pada Bhagawadgita. VII.27 dan Bhagawadgita. VII.28 berikut ini.

Icchā dveṣasamutthena dvandvamohena bhārata,
Sarvabhūtāni saṁmohaṁ sarge yānti parantapa.
Terjemahannya:
Semua makhluk lahir dalam keadaan tertipu, o Bharata, disebabkan oleh kedua sifat yang timbul dari keinginan dan kemarahan, o penakluk musuh. 
(Bhagawadgita. VII.27)

Yesam tv antugatam papam jananam punyaKarmanam,
Te dvandva moha nirmukta bhajante mam drdha vratah.
Terjemahannya:
Akan tetapi, bagi mereka yang salah, yang dosanya sudah bebas dari tipuan kedua sifat tadi,
 menyembah Aku dengan penuh ketekunan dan keyakinan. (Bhagawadgita. VII.28)

Berdasarkan isi sloka tersebut, dijelaskan bahwa terdapat dua sifat, yaitu “keinginan dan kemarahan” yang menjadi penyebab kelahiran kembali. Akan tetapi, bagi mereka yang mampu mengendalikan kedua sifat tersebut dan tekun melakukan pemujaan dengan penuh keyakinan, maka kualitas diri akan semakin meningkat.

Manusia memiliki lima lapisan badan yang wajib diketahui dalam upaya meningkatkan kualitas diri melalui panca maya kosa, yaitu
1. annamaya kosa, terbuat dari makanan dan minuman;
2. pranamaya kosa, terbuat dari prana atau energi;
3. manomaya kosa, terbuat dari alam pikiran;
4. wijnanamaya kosa, terbuat dari pengetahuan; dan
5. anandamaya kosa, terbuat dari rasa kebahagiaan.

Dalam pengetahuan panca maya kosa dijelaskan bahwa dalam lapisanlapisan badan inilah karma wasana yang menyebabkan punarbhawa. Dengan demikian, punarbhawa merupakan kelahiran badan astral atau badan (bukan kelahiran atman), karena atman memiliki sifat-sifat istimewa dan tidak pernah lahir.

Kelahiran kita ke dunia, sesungguhnya telah terjadi secara berulangulang dan dialami oleh semua orang, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Seperti yang dijelaskan pada Bhagawadgita IV. 5 berikut ini.

Sri Bhagawan Uvaca:
Bahuni me vyantitani janmani tava ca Arjuna, tanya aham veda sarvani
na tvam vtha paramtapa.
Terjemahannya:
Sri Bhagawan bersabda: Banyak kehidupan yang Ku telah jalani dan demikian pula engkau, O Arjuna. 
Semua kelahiran itu aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya, O Arjuna.
(Bhagawadgita. IV. 5)

Adapun penjelasan dari Sloka Bhagawadgita. IV. 5 tersebut, bahwa punarbhawa atau kelahiran secara berulang-ulang menjadi sangat rahasia dan tidak dapat diketahui oleh manusia karena sifatnya sangat rahasia.

Post a Comment for "Punarbhawa Sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri"