Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memahami Ajaran Upanisad

 Sekilas Tentang Upaniṣad


Gambar Memahami Ajaran Upanisad
Gambar Memahami Ajaran Upanisad

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada akhir pembelajaran peserta didik mampu menganalisis pokok-pokok ajaran Upaniṣad sebagai sumber filsafat agama Hindu.

Pembelajaran agama Hindu didasarkan pada lima elemen dasar, yakni kitab suci Weda, Tattwa, Susila atau etika, Acara atau upacara, dan Sejarah. Sebelumnya kalian telah belajar mengenai kitab suci Mānawa Dharmaśāstra sebagai sumber hukum agama Hindu. Pada pembelajaran selanjutnya, kalian akan mempelajari Kitab Suci Upaniṣad sebagai sumber filsafat Hindu. 

Kitab Upaniṣad mengajarkan kalian untuk mendapatkan  pengetahuan yang benar melalui ruang-ruang diskusi, berpikir kirtis (critical thinking), berkolaborasi, serta membangun kecintaan terhadap Kitab Suci Upaniṣad. Upaniṣad adalah bagian akhir dari Catur Weda Saṁhitā, Kitab Upaniṣad diyakini mampu menghilangkan kebodohan atau Avidya. Kitab Upaniṣad berisikan wejangan-wejangan tentang rahasia kehidupan manusia (Titib, 1998:122). Selain sebagai wejangan kitab suci, Upaniṣad juga menggambarkan gagasan dan lambang dalam Weda dengan memberikan pengertian baru. Gagasan baru tersebut membebasakan mereka dari sifat yang formal. Setiap Weda memiliki empat bagian, yakni Saṁhitā yang berisi kumpulan nyanyian pemujaan, Brāhmaṇa yang berisi prosa tentang pentingnya Yadnya, Āraṇyaka, dan Upaniṣad.

1. Mengenal Upaniṣad

Kitab suci Weda merupakan sumber pengetahuan bagi umat Hindu. Kitab suci Weda terbagi menjadi dua, yakni Weda Śruti dan Weda Smerti. Pada kelompok Śruti ter dapat kitab Catur Weda yang mem punyai Upaniṣadnya masing-masing. 

Kata Upaniṣad secara etimologi berasal dari kata upa artinya dekat, ni artinya di bawah dan sad artinya duduk. Untuk itu, Upaniṣad berarti sekelompok sisya (peserta didik) duduk dekat acarya (Pendidik atau guru) (Sutrisna, 2009:3). 

Menurut Sura, Kitab Suci Upaniṣad mengembangkan pengertian tentang Weda sehingga mempunyai arti dan pengertian yang bersifat formal. Tanpa penjelasan itu, mantra-mantra yang bersifat simbolis tidak pernah dapat dijelaskan (Sutrisna, 2009:11). Seorang sisya dalam mempelajari falsafah kehidupan harus membangun hubungan kedekatan dengan acaryanya. 

Kedekatan ini tidak hanya secara fisik tetapi juga batin, sehingga sisya dapat mendengarkan, meresapi, dan menghayati, ajaran yang disampaikan dengan baik dan benar. Terutama ajaran atau mantra tertentu yang bersifat rahasia. 

Kitab Upaniṣad mengungkapkan hakikat kebenaran di alam semesta, serta menguraikan realitas tertinggi secara filosofis, sehingga segala yang tertuang dalam Kitab Suci Weda dapat diterima secara rasional oleh manusia. Kitab Suci Upaniṣad adalah kesimpulan kitab Aranyaka, sehingga kitab Upaniṣad juga sering dikenal degnan nama Vedanta. Vedanta bukan hanya diartikan Weda akhir, tetapi juga merupakan puncak tertinggi dari ajaran Weda (Titib, 1998:121). Istilah Upaniṣad yang lebih tua mempunyai nama yang berbeda-beda, seperti Guhya Adesah, Paramam Guhyam, Vedaguhya-upanisatsu, Guhyatamam dan lainlain. Penamaan ini diberikan oleh Deussen dalam modul materi pokok Upaniṣad (Sutrisna, 2009:7). 

Berdasarkan kodifikasi Weda, terdapat 108 Upaniṣad. Adapun 108 Upaniṣad tersebut adalah sebagai berikut.

  • 10 Upaniṣad Ṛgveda : Aitareya, Nādabindu, Nirwāṇa, Aksamālikā, Saubhagya, Kauṣītaki, Ātmapraboda, Mudgala, Tripurā, Baḥwṛca 
  • 16 Upaniṣad Sāmaveda : Kena, Maitreyī, Mahat, Sāwitrī, Chāndogya, Wajrasūcikā, Samnyāsa, Rudrākṣajābāla, Āruni, Yoga Cūḍāmaṇi, Awyakta, Jābāli, Maitrāyani, Wāsudewa, Kuṇdikā, Darśana
  • Krishna Yajurveda terdapat 32 Upaniṣad:  Taittiriya, Katha, Śvetāśvatara, Maitrāyaṇi, Sarvasāra, Śukarahasya, Skanda, Garbha, Śārīraka, Ekākṣara, Akṣi, Brahma, Avadhūta, Kaṭhasruti, Sarasvatī-rahasya, Nārāyaṇa, Kali-Saṇṭāraṇa, Kaivalya, Kālāgnirudra, Dakṣiṇāmūrti, Rudrahṛdaya, Pañcabrahma, Amṛtabindu, Tejobindu, Amṛtanāda, Kṣurika, Dhyānabindu, Brahmavidyā, Yogatattva, Yogaśikhā, Yogakuṇḍalini, Varāha
  • Shukla Yajurveda terdapat 19 Upaniṣad : Bṛhadāraṇyaka, Īśa, Subala, Mantrika, Niralamba, Paingala, Adhyatma, Muktika, Jābāla, Bhikṣuka, Turīyātītavadhuta, Yājñavalkya, Śāṭyāyaniya, Tārasāra, Advayatāraka, Haṃsa, Triśikhi, Maṇḍalabrāhmaṇa, Paramahamsa.
  • 31 Upaniṣad Atharvaveda : Muṇḍaka, Māṇḍūkya, Praśna, Ātmā, Sūrya, Prāṇāgnihotra, Paramahamsa, Paramahaṃsaparivrājaka, Parabrahma, Sītā, Devī, Tripurātapini, Bhāvana, Nṛsiṃhatāpanī,  Rāmarahasya, Rāmatāpaṇi, Gopālatāpani, Kṛṣṇa, Hayagrīva, Dattātreya, Gāruḍa, Atharvasiras, Atharvaśikha, Bṛhajjābāla, Śarabha, Bhasma, Gaṇapati, Śāṇḍilya, Pāśupata, Mahāvākya, Nāradaparivrājaka (Maswinara, 1997)

Upaniṣad-Upaniṣad terpenting

Īśa, Chāndogya, Kena, Muṇḍaka, Praśna, Māṇḍūkya, Katḥa, Aitareya, Taittirīya, Bṛhad Āraṇyaka, Kauṣītaki, Śvetāśvatara, dan Maitrāyaṇi yang kesemuanya ini merupakan Upaniṣad utama (Sanatana, 2003:17).

Upaniṣad merupakan bagian penyimpulan dari Weda. Kronologis Upaniṣad muncul pada akhir zaman Weda. Oleh Karena Upaniṣad mengandung falsafah yang sulit, maka para sisya memperoleh pengetahuan ini pada akhir masa belajarnya. Dalam Upaniṣad kita menemukan kritik-kritik terhadap agama ritualistik. Para Ṛṣi Upaniṣad tidak terikat kepada hukum kasta, tetapi meluaskan pengertian hukum tentang kerohanian semesta hingga batas terjauh dari umat manusia (Radhakrishnan, 2015:26-27). 

Secara garis besar, Upaniṣad membahas tentang Brahman, Jivātman atau diri individual, jagat atau jagadraya, sadhana atau sarana pencapaian. Sesungguhnya kitab suci Upaniṣad mengajarkan kepada manusia tentang falsafah hidup guna memberikan panduan kepada umat manusia agar dapat menghayati Brahman, Ātman, Jagatraya, serta Sadhana mencapai tujuan.

Post a Comment for "Memahami Ajaran Upanisad"