Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Agama Hindu di Dunia - Materi Agama Hindu kelas XII

lembah Sungai Shindu di India
lembah Sungai Shindu di India

Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di India. Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari ”Sang Hyang Widhi” (Tuhan) dan diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Weda. Agama Hindu sering disebut dengan sebutan Sanātana Dharma (Bahasa Sanskerta) berarti ”Kebenaran Abadi”, dan Vaidika-Dharma ”Pengetahuan Kebenaran”. Agama Hindu merupakan sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya).

Agama Hindu diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam kitab Rg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah

dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Kata sapta sindhu berdekatan dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18)-sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah masehi ketika beberapa kitab dari Weda dilengkapi oleh para brahmana. Zaman munculnya agama Buddha, nama agama Hindu lebih dikenal dengan sebutan sebagai ajaran Weda.

Agama Hindu sebagaimana istilah yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yang ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Kata ”Sanatana dharma” bermakna ”kebenaran yang kekal abadi” dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai Shindu, penganut Weda ini disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya lama-kelamaan istilah indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana dharma disebut Hindu.

Agama Hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat ajarannya yang kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka disebut sanatana dharma. Apabila membahas tentang Agama Hindu, kita harus mengetahui sejarah tempat munculnya agama tersebut. India adalah sebuah Negara yang penuh dengan rahasia dan cerita dongeng, masyarakatnya berbangsa-bangsa dan berkasta-kasta, malah ada masyarakat dalam masyarakat, serta sungguh banyak ditemui agama-agama. Bahasa dan warna kulit pun bermacam-macam.

Kota Mohenjodaro dan Harappa
Kota Mohenjodaro dan Harappa

Pembicaraan mengenai India berarti adalah pembicaraan yang bercabangcabang. Dipandang dari sudut etnologi, India adalah tanah yang beraneka penduduknya, dan akibatnya orang dapat melihat kebudayaan yang beraneka pula. Semuanya ini tercermin dalam agamanya. Oleh karena itu barang siapa mulai mempelajari agama Hindu yang bersangkutan segera merasa terlibat dalam sejumlah ajaran-ajaran, sehingga hampir tidak dapat menemukan jalan untuk mengadakan penyelidikan. Sepanjang orang dapat menyelidikinya, maka sejarah kebudayaan India mulai pada zaman perkembangan kebudayaankebudayaan yang besar di Mesopotamia dan Mesir. Antara 3000 dan 2000 tahun sebelum Masehi, di lembah sungai Sindhu (Indus) tinggallah bangsabangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Berbagai cap daripada gading dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita bahwa pada zaman itu di sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai ke Teluk Benggala terdapat jenis peradaban yang sejenis dan sudah meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di dekat Kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Bahkan disitu diketemukan sisa-sisa sebuah Kota, Mohenjodaro namanya, dimana ternyata orang telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga.

Penduduk India pada zaman itu terkenal dengan sebutan bangsa Dravida. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India diambil dari sungai Indus. Perkataan Indus dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu. Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon menyatakan: ”Orang-orang Barat berpendapat bahwa sebutan Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat sebab sebutan India itu harus diambil dari sebutan Tuhan Indra.” Peradaban India telah berlangsung lama. Negara India telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India ini sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban. India adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia. Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Babilonia. Peradaban India sebelum zaman Arya dapat diketahui dan ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan pada tingkat kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya.

Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah kaum Arya ke India dari sebelah utara. Bangsa Arya memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsabangsa lainnya di Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat disamakan dengan rimbaraya yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan dan kembang-kembangan. Hinduisme memperlihatkan berbagai bentuk dan bermacam-macam gejala agama. Gambaran yang diberikan Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka warna. Pesan pertama yang kita dapat ialah bahwa dalam Hinduisme boleh dikatakan terhimpun seluruh sejarah agama dengan segala ragam dan bentuknya. Hinduisme ialah agama dari jutaan penduduk India.

Renungkanlah:
”Yo bhùtam ca bhavyam ca
sarvam yascàdhisthati,
svaryasya ca kevalam tasmai
jyesthàya brahmane namah.

Terjemahanya:

‘Kami memuja Tuhan Yang Maha Ada, yang menjadikan segalanya yang
ada dimasa lalu, kini dan yang akan datang, yang merupakan satu-satunya
intisari kebahagiaan’, (Atharvaveda, X.8.1).

Tidaklah mudah untuk menentukan dengan kata-kata yang singkat, apakah sebenarnya Hinduisme itu. Lebih tepat rasanya jika Hinduisme kita namakan sebagai suatu sistem sosial yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan dan dengan demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu. Menjadi seorang Hindu adalah berkat kelahirannya. Keadaan ini meletakkan kewajiban untuk megikuti peraturan-peraturan upacara-upacara tertentu, pada umumnya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pembagian Varna dan khsusunya pemberian korban dan upacara-upacara keagamaan yang timbul dari pada pembagian Varna tadi. Ikatan-ikatan batin pada upacara yang turun temurun ini sangat kuat. Hal ini nyata sekali pada diri Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama lain, tetapi tetap tinggal di Hindu karena pertanian, bangsa dan hubungan batinnya dengan kebudayaan agama sukunya. Bangsa Arya turun ke lembah Indus kira-kira 1500 tahun SM dan memberi corak pada kebudayaan India. Bangsa Arya satu suku dengan bangsa Iran.

Menurut pendapat para peneliti bahwa bangsa Arya berasal dari Asia, dahulunya mereka hidup di Asia Tengah dari negeri Turkistan yang berdekatan dengan Sungai Jihun, kemudian berpindah dalam kelompok-kelompok yang besar menuju ke India melalui Parsi, dan mereka juga menuju Eropa. Nyatalah bahwa kedatangan bangsa Arya ke India terjadi pada abad ke-15 SM. Bangsa Arya ini telah memerangi kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh bangsa berkulit kuning di India dan berhasil mengalahkan sebagaian besar dari mereka serta menjadikan kawasan-kawasan yang dikalahkannya itu sebagai wilayah yang tunduk di bawah pengaruh mereka. Bangsa Arya tidak bercampur dengan penduduk India dengan jalan perkawinan. Mereka menjaga dengan sungguh-sungguh keturunan mereka yang berkulit putih itu. Bangsa Arya menggiring penduduk asli Negara India ke hutan-hutan atau ke gunung-gunung dan menjadikan mereka sebagai orang-orang tawanan yang dalam sastra lama Bangsa Arya dinamakan sebagai Bangsa Hamba Sahaya. Bangsa Arya ini telah meminta pertolongan dari Tuhan mereka ”Indra” untuk mengalahkan penduduk India. Di antara bacaan do’a mereka adalah ”wahai Indra Tuhan kami! Suku-suku kaum Dasa (budak) telah mengepung kami dari segenap penjuru dan mereka tidak memberikan korban apa-apa, mereka bukan manusia dan tidak berkepercayaan. Wahai Penghancur musuh! Binasakanlah mereka dari keturunannya.”

Tentang sejauh mana pengaruh bangsa-bangsa berkulit kuning (Bangsa Turan) dan berkulit putih (Bangsa Arya) di India telah diterangkan oleh Gustav Le Bon: ”Bangsa Turan adalah bangsa penyerang yang kuat. Bangsa Arya meninggalkan kesan yang mendalam terhadap bangsa India dari segi budaya. Dari bangsa Turan, penduduk India mengambil ciri ukuran tubuh dan raut muka. Dari bangsa Arya mereka mengambil ciri bahasa, agama, undang undang, dan adat-istiadat.” Pertemuan bangsa Arya dan bangsa Turan dengan penduduk asli telah menimbulkan kelas-kelas masyarakat di India, dan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam sejarah negara ini. Dari bangsa Arya terbentuk golongan ahli-ahli agama (Brahmana) dan golongan prajurit (Ksatria).

Dari bangsa Turan terbentuk pula golongan saudagar dan ahli-ahli tukang (Waisya). Pada mulanya orang-orang Hindu yang bergaul dengan bangsa Turan tidak termasuk dalam pembagian ini. Tetapi dalam beberapa zaman kemudian peradaban Arya meresap ke dalam sebagian diri mereka. Selanjutnya bangsa Arya pun terbentuk dari kalangan orang-orang Hindu golongan keempat, yaitu golongan pesuruh dan hamba sahaya (Sudra). Penduduk-penduduk asli yang tidak tersentuh dengan peradaban Arya adalah disebabkan karena mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa pendatang itu. Maka, tinggallah mereka jauh dari pembagian ini dan terus menjadi orang-orang yang tersingkir atau terhalau dari masyarakat (out-casts). Bangsa Arya ketika masuk ke India kemungkinan kurang beradab dari pada bangsa Dravida yang ditaklukkannya. Tetapi mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan daripada bangsa Dravida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomaden (pengembara), yang baginya peternakan lebih besar artinya daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang-binatang itu dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Dravida yang tinggal di kota-kota dan mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu bolehlah dikatakan primitive.

Dahulu orang belum tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang ada di India dibawa oleh bangsa Arya. Sesudah adanya penggalian penggalian di India, pandangan orang berubah dan makin banyak diketahui bahwa bermacam-macam unsur di dalam kebudayaan India berasal dari kebudayaan Dravida yang tua itu. Bangsa Arya belum mempunyai patung patung Dewa, bangsa Dravida sudah. Sebuah gejala yang khas di dalam agama Hindu ialah pengakuan adanya Dewa-Dewi induk, itupun suatu gejala pra-Arya. Banyak gejala-gejala Agama Hindu yang rupa-rupanya tidak berasal dari agama bangsa Arya, melainkan berasal dari bangsa Dravida. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa agama Hindu sebagai agama tumbuh dari dua sumber yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan fikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, yang mula-mula dalam banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu. Di dalam tulisan-tulisan Hindu tua, unsur unsur Arya-lah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman bangsa Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenanganya. Pengaruh bangsa Dravida tentunya

belum begitu besar. Agama bangsa Arya dapat kita ketahui dari kitab-kitab Weda (Weda artinya tahu). Oleh karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Weda. Maulana Mohamed Abdul Salam al-Ramburi juga berkata: ”Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya.

Agama Hindu adalah yang tertua di antara agama-agama yang ada. Penyebarannya meliputi kebanyakan atau semua orang India. Buku Hinduism telah menerangkan sebab-sebab terjadinya hal demikian dengan menuliskan; amat sulit untuk dikatakan, bahwa Hinduisme itu adalah suatu agama dalam pengertiannya yang sangat luas. Ini merupakan kehidupan India dengan caranya tersendiri yang dianggap sebagai satu dari semua masalah suci dan masalah hina karena di dalam pemikiran Hindu tidak ada batas yang memisahkan keduanya. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat yang tumbuh dan berkembang pada daerah yang dilaluinya. Kedudukan bangsa Arya sebagai penakluk negeri, yang lebih tinggi daripada penduduk asli telah melahirkan adat-istiadat Hindu. Kiranya dapat dikatakan bahwa asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain, terutama sekali adalah bangsa Parsi, yaitu sewaktu dalam masa perjalanan mereka menuju India. Agama Hindu lebih merupakan suatu tatanan hidup dari pada merupakan kumpulan kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan, hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama Hindu tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus. Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya dengan Weda. Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan

hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu mempercayai bahwa Weda adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaan. Kitab Weda diwahyukan sejak awal kehidupan, setara dengan awal yang diwahyukannnya.

Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Mereka sudah menetap disana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu.

Letak Geografis Sungai Indus, di sebelah utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya, selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudra Hindia, barat berbatasan dengan Pakistan, timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh. Peradaban sungai Indus berkembang disekitar (2500 SM). Kebudayaan kuno India ditemukan di Kota tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan Harappa. Penduduk Mohenjodaro & Harappa adalah bangsa Dravida. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria. Mohenjodaro dan Harappa ditata dengan perencanaan yang sudah maju, rumah-rumah terbuat dari batu-bata, saluran air bagus, jalan raya lurus dan lebar. Mohenjodaro dan Harappa sebagai Kota tua yang dibangun berdasarkan penataan dan peradaban yang maju. Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibu Kota daerah Lembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibu Kota Lembah Sungai Indus bagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau. Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan yang dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah Kota dibagi atas beberapa bagian atau lokasi yang dilengkapi dengan jalan yang ada aliran airnya.

Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lainlain. Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi denga jendela. Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang

ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah. Demikian sekilas tentang kebudayaan prasejarah di India sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya agama Hindu yang sampai saat ini kita yakini kebenarannya sebagai pedoman dan penuntun dalam hidup dan kehidupan ini.

Seiring dengan perkembangan zaman, sebagaimana negeri lainnya yang diperintah oleh masing-masing rajanya dalam sebuah kerajaan, negeri India juga demikian adanya. Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Maurya antara lain: Candragupta Maurya. Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu Kota di Pattaliputra. Candragupta Maurya Menjadi raja pertama Kerajaan Maurya.

Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.

Ashoka memerintah Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah yang bersangkutan menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.

Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak Dewa. Dewa-Dewa tersebut misalnya Dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu). Masyarakat Lembah Sungai Indus juga menghormati binatang-binatang seperti buaya dan gajah, pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian. Interaksi bangsa Dravida dan bangsa Arya menghasilkan Agama Hindu.

Perkembangan Agama Hindu di Dunia

Sejarah perkembangan agama Hindu di Dunia dapat diketahui dari berbagai jenis kitab suci Hindu seperti; weda sruti, weda smrti, brahmana, upanisad dan yang lainnya. Pertumbuhan filsafat keagamaan dan perkembangan pelaksanaan kehidupan beragama tidak dapat terlepaskan dari sumber-sumber tersebut. Dengan demikian perkembangan agama Hindu senantiasa bersifat religius. Agama Hindu merupakan sumber kekuatan bathin, yang mampu menjiwai seluruh aktivitas kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Kehadiran agama-agama yang ada di dunia ini pada umumnya di dasarkan atas wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang diterima oleh para Maharsi ”orang suci” agama yang bersangkutan. Agama-agama itu diwahyukan dengan tujuan untuk mempermulia kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Pada umumnya sebutan atau penamaan dari suatu agama biasanya memiliki keterkaitan dengan para pendirinya. Sebagai contoh agama Buddha memiliki hubungan dengan penamaan Sidharta Gauthama yang disebut-sebut menjadi pendirinya, agama Kristen memiliki keterkaitan dengan Yesus Kristus sebagai nabi dan pendirinya.

Berbeda dengan nama agama-agama tersebut di atas, agama Hindu tidak dikaitkan dengan nama salah seorang Maha Rsi penerima wahyu sebagai pendirinya, karena agama Hindu diyakini sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa dan diterima oleh banyak Maha Rsi. Para tokoh menyatakan sebutan Hindu itu berasal dari kata Shindu, yaitu sebutan sebuah sungai yang terdapat di wilayah India bagian Barat Daya yang sekarang dikenal dengan nama punjab. Punjab artinya daerah aliran 5 (Lima) anak sungai.

peradaban lembah sungai shindu
peradaban lembah sungai shindu

Peninggalan di Mohenjadaro, diperkirakan ± tahun 6000 SM datanglah bangsa Arya dari daratan Eropa bagian timur ”kemungkinan dari wilayah Hungaria dan Bosnia atau Cekoslovakia” memasuki daerah India secara bertahap. Bangsa Arya memasuki India melalui celah Kaiber ”Khyber Pass” yang terletak diantara pegunungan Himalaya dan Hindu Kush. Bangsa Arya tergolong ras bangsa indojerman yang memiliki kegemaran mengembara. Setelah memasuki wilayah India, mereka kemudian menetap di lembah sungai Sindhu yang kondisi alamnya sangat menarik dan subur. Sebelum bangsa Arya memasuki India, daerah ini telah diuni oleh bangsa Dravida. Bangsa Dravida disebut-sebut sebagai bangsa yang telah memiliki peradaban sangat tinggi. Para ahli berhasil menemukan bekas-bekas peninggalan bangsa Dravida di Harappa dan Mohenjodaro. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Mohenjodaro dan Harappa, ditemukan beberapa peninggalan yang menunjukkan mengandung nilai-nilai ajaran agama Hindu. Diantara penemuan yang dimaksud adalah;
  1. Arca manusia berkepala tiga, bertangan empat, berdiri dengan kaki kanan dan kaki kirinya terangkat ke depan. Arca ini terbuat dari dari batu kapur yang dibakar. Postur arca ini memberikan inspirasi kepada kita tentang adanya arca Siwanatharaja. Arca Siwanatharaja adalah merupakan perwujudan dari adanya pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa sebagai raja dari alam semesta. Sangat memungkinkan perkembangan selanjutnya sampai di Indonesia khususnya ”Bali” yang mana hal ini mengingatkan kita pada fungsi arca Shang Hyang Acintya.
  2. Materai yang berisi hiasan burung elang yang sedang mengembangkan sayapnya, kepalanya menghadap ke kiri-atas, di atas kepalanya terdapat hiasan ular. Diperkirakan konsep inilah yang memberi inspirasi pada hiasan burung Garuda bersama para naga yang terdapat dalam kitab Itihasa.
  3. Materai yang bergambarkan orang yang duduk bersila, bermuka tiga bertanduk dua, hiasan kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh para binatang seperti; gajah, lembu, harimau, dan Badak. Konsep inilah kemudian diperkirakan memberikan inspirasi kepada kita tentang pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati. Selain itu juga ditemukan materai yang berisi lukisan pohon yang berdekatan dengan seorang Dewa. Konsep ini kemudian dapat dihubungkan dengan keberadaan pohon Kalpataru atau pohon Surgawi. Pohon Kalpataru diyakini oleh umat dapat mengabulkan semua keinginaan manusia seperti yang terdapat dalam kitab Ithihasa.
  4. Bangunan rumah yang sudah memiliki tata ruang dan tata letak yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari letak bangunan dan adanya kamar-kamar yang memiliki fungsi berbedabeda. Di samping itu juga diketemukan ada jalan-jalan yang lebar dan lurus serta di samping kiri-kanan dari jalan tersebut sudah dilengkapi dengan parit yang berukuran sangat dalam sebagai pembuangan air limbah dan air hujan.
  5. Arca orang tua yang berjanggut dan mempergunakan jubah, serta arca seorang wanita yang bentuk badannya agak gemuk. Kedua arca tersebut dikenal dengan sebutan arca Terracota, yang bahannya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Diperkirakan arca orang tua yang berjanggut itu adalah sebagai arca tokoh spiritual, sedangkan arca seorang perempuan itu di duga sebagai arca dewi kesuburan.
  6. Permainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Dan disamping itu juga diketemukan kolam ”Latra” lengkap dengan pancurannya yang dimungkinkan sebagai tempat permandian umum atau sebagai tempat yang disucikan untuk memandikan arca-arca dewa.
  7. Sandal yang terbuat dari bahan kaca. Penemuan ini memberikan bukti kepada kita bahwa peradaban lembah sungai Sindhu memiliki nilai kemajuan yang sangat tinggi.
Kehadiran bangsa Arya ke India ”Punjab” dinyatakan menimbulkan peperangan dengan penduduk asli India. Bangsa Dravida sebagai penduduk asli India berhasil dikalahkannya dan terdesak ke Selatan. Semula bangsa Arya bermaksud mempertahankan kemurnian darah ”ras” mereka, tetapi kemudian secara perlahan mulai terjadi percampuran darah dan kebudayaan dengan bangsa Dravida. Pencampuran darah dan Kebudayaan ini menghasilkan kebudayaan baru di lembah sungai Sindhu. Pada masa itu diantara mereka telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Yunani dan Persia. Bangsa Persia yang datang ke lembah sungai Sindhu menyebutkan kata Sindhu dengan kata Hindu, rupanya bangsa Persia itu tidak memiliki lafal ”S” dalam bahasa mereka, sedangkan bangsa Yunani menyebut Sindhu dengan sebutan Indo.Pada beberapa abad kemudian, bangsa-bangsa barat lainnya mengenal daerah ini dan menyebutnya dengan nama India. Dari data-data tersebut dapat dikemukakan bahwa nama Hindu berasal dari kata Sindhu, yaitu sebuah nama sungai yang berada di wilayah India bagian Barat Daya. Lembah sungai Sindhu yang amat subur itu memiliki lima aliran sungai pada hulunya dan kelima aliran tersebut dinamakan Pancanadi. Perkembangan selanjutnya ”India” disebut dengan nama Arya Wartha yang berarti daerah yang didiami oleh bangsa Arya, Bhatara Warsa yang artinya daerah yang penuh Hujan, Jambudwipa yang artinya pulau yang berbentuk buah jambu. Hal ini sangat memungkinkan karena anak benua India ini ada kemiripan atau menyerupai buah jambu bila kita perhatikan sebagai mana dilihat dalam peta dunia.
Token: HINDUJ4Y421
Adanya pembauran budaya dan kepercayaan diantara bangsa arya dengan bangsa Dravida dalam perkembangan berikutnya rupanya mengalami kemajuan yang sangat pesat sampai pada munculnya agama Hindu di lembah sungai Sindhu. Semua bentuk budaya dan kepercayaan yang ada pada masa itu, dirangkul dan mengalami penyempurnaan senafas dengan keberadaan agama Hindu. Hal ini dimungkinkan karena agama Hindu bersifat universal dan fleksibel.

Post a Comment for "Sejarah Agama Hindu di Dunia - Materi Agama Hindu kelas XII"