Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Sifat dan Kemahakuasaan Tuhan dalam Ajaran Hindu


--> AHAM BRAHMA ASMI

Aham brahma asmi dimaksudkan disini adalah dimana aku/ diri kita adalah brahman, atman dan brahman bersatu di dalam jiwa kita, seperti segelas air yang di masukkan ke dalam samudra, air tersebut akan menyatu dengan air yang ada di lautan/ samudra, pertikel-pertikel terkeceil itulah airnya; jiwa kita adalah percikan pertikel-pertikel terkecil yang dibentuk oleh atman, atman bersatu dengan brahman sehingga terbentuklah menjadi jiwa, sebelum lebih lanjut terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai keberadaan dan keyakinan kita terhadap brahman itu sendiri


Agama Hindu mendidik umatnya untuk yakin akan adanya kemahaagungan Sang Hyang Widhi Wasa. Tuhan merupakan sumber segala yang ada di alam ini baik yang tampak nyata maupun yang abstrak (sekala - niskala).
  • Tuhan berada di mana- mana dan mengatasi segala keadaan, ada tanpa diadakan atau ada karena mengadakan dirinya sendiri (Wibhu Sakti),
  • Maha Pencipta (Krya Sakti), dan maha mengetahui segala- galanya (Jnana Sakti).
  • Brahman adalah Maha Esa, oleh karena itu agama Hindu adalah Monotheisme.
Dalam menguasai alam semesta Tuhan Yang Maha Esa dikenal dalam berbagai manifestasi sesuai fungsi dan kemahakuasaan- Nya dalam nama "Dewa" (Dewa berasal dari kata Sanskerta DIW- Sinar).
ekam sat wipra bahuda wadanti,
agnim yamam matariswanam
Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan berbagai nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWAN

ekam ewa adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.

narayanad na dwityo 'asti kascit.
Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.

1. Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)
Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Kendati kita tidak boleh cepat-cepat percaya kepada sesuatu, namun percaya itu penting dalam kehidupan ini. Banyak sekali kegiatan yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari hanyalah berdasarkan kepercayaan saja. Setiap hari kita menyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Demikian pula adanya bulan dan bintang yang hadir di langit dengan teratur. Belum lagi oleh adanya berbagai mahluk hidup dan hal-hal lain yang dapat menjadikan kita semakin tertegun menyaksikannya. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini mengantarkan kita harus percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber dari segala yang terjadi di alam semesta ini.
Karena agama itu adalah kepercayaan, maka dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan iman yang menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang terjadi.


Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada tempat lain dari pada-Nya tempat kita kembali. Keimanan kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Inilah yang menjadi pokok-pokok keimanan agama Hindu.
Adapun pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sraddha, yaitu percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi), percaya adalanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/Samsara) dan percaya adanya Moksa.


2. Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)
Percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin dan iman terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
Etadyonini bhutani
sarvani ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)

Artinya;
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.
Aham atma gudakesa
sarva bhutasaya sthitah
aham adis cha madhyam cha
bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)

Artinya;
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.
yach cha pi sarvabhutanam
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina syan
maya bhutam characharam. (BG. X.39)

Artinya:
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:
"Bhatara Ciwa sira wyapaka
sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
dening manah muang indriya".

Artinya:
Tuhan (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.

Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.
"Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,
sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru.

Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepa_Nya, semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun bila dicicipi terasa adanya disana. Demikian pula seperti adanya api di dalam kayu, kehadirannya seolah-olah tidak ada, tapi bila kayu ini digosok maka api akan muncul.
Eko devas sarva-bhutesu gudhas
sarva vyapi sarwa bhutantar-atma
karmadyajsas sarvabhutadhivasas
saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)
Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.

Karena Tuhan berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya. Tidak ada sesuatu apapun yang ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya.
Yas tisthati carati yasca vancanti
Yo nilayam carati yah pratamkam
dvatu samnisadya yanmantrayete
raja tad veda varunas trtiyah (A.W. IV.16.2)
Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapaun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah uyang ketiga hadir di sana.

Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.
Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpancaindra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan Maha Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Tuhan berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa adanya.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.
Agama Hindu mendidik umatnya untuk yakin akan adanya kemaha Agungan Sang Hyang Widhi Wasa. Tuhan merupakan sumber segala yang ada di alam ini baik yang tampak nyata maupun yang abstrak (sekala - niskala). Tuhan berada di mana- mana dan mengatasi segala keadaan, ada tanpa diadakan atau ada karena mengadakan dirinya sendiri (Wibhu Sakti), Maha Pencipta (Krya Sakti), dan maha mengetahui segala- galanya (Jnana Sakti). Brahman adalah Maha Esa, oleh karena itu agama Hindu adalah Monotheisme.
Dalam menguasai alam semesta Tuhan Yang Maha Esa dikenal dalam berbagai manifestasi sesuai fungsi dan kemahakuasaan- Nya dalam nama "Dewa" (Dewa berasal dari kata Sanskerta DIW- Sinar).
Reg Weda Mandala I Sukta 164, mantra 46:
ekam sat wipra bahuda wadanti,
agnim yamam matariswanam.

Artinya:
Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan berbagai nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWAN

Upanishad IV.2.1.
ekam ewa
adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.

Upanishad IV.2.1.
ekam ewa
adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.

Narayana Upanishad
narayanad na dwityo 'asti kascit.
Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.

Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai:
Sang Hyang Parameswara (Raja Termulia), Parama Wisesa (Maha Kuasa), Jagad Karana (Pencipta Alam) dan lain- lainnya. Sebagai Pencipta Ia bergelar Brahma (Utpati), sebagai Pemelihara dan Pelindung (Sthiti) Ia disebut Wisnu dan dalam fungsi atau kekuasaan- Nya mengembalikan segala isi alam ini kepada sumber asalnya (pralina) Ia bergelar Siwa. Dalam ketiga gelar perwujudan inilah Ia disebut Tri Murti.

3. Sifat - Sifat Tuhan
Di dalam kitab Wrhaspatitattwa terdapat keterangan tentang sifat- sifat Tuhan yang disebut Asta Sakti atau Astaiswarya yang artinya delapan sifat kemahakuasaan Tuhan.
Wrhaspatitattwa sloka 14:
-          Hana Anima ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Anima, Anu" yang berarti "atom". Anima dari Astaiswarya, ialah sifat yang halus bagaikan kehalusan atom yang dimiliki oleh Sang Hyang Widhi Wasa.
-          hana Laghima ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Laghima. Laghima berasal dari kata "Laghu" yang artinya ringan. Laghima berarti sifat- Nya yang amat ringan lebih ringan dari ether.
-          hana Mahima ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Mahima, Mahima berasal dari kata "Maha" yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa) bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi.
-          hana Prapti ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Prapti, Prapti berasal dari "Prapta" yang artinya tercapai. Prapti segala tempat tercapai oleh- Nya, ke mana Ia hendak pergi di sana Ia telah ada.
-          hana Prakamya ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Prakamya, Prakamya berasal dari kata "Pra Kama" berarti segala kehendak- Nya selalu terlaksana atau terjadi


-          hana Isitwa ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Isitwa, Isitwa berasal dari kata "Isa" yang berarti raja, Isitwa berarti merajai segala- galanya, dalam segala hal paling utama.
-          hana Wasitwa ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Wasitwa, Wasitwa berasal dari kata "Wasa" yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa artinya paling berkuasa. Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya
-          hana Yatrakamawasayitwa ngaranya
Kesaktian Tuhan yang disebut Yatrakamawasayitwa, Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya.

Kedelapan sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbulkan dengan singgasana teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai (astadala). Singgasana teratai adalah lambang kemahakuasaan- Nya dan daun bunga teratai sejumlah delapan helai itu adalah lambang delapan sifat agung/ kemahakuasaan (Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta dan makhluk semua.
Dari pemaparan di atas dapat kita tarik bayangan sebagai dasar pemikiran kita mengenai Aham Brahman Asmi yaitu aku adalah Brahman/ Tuhan. Karena Tuhan itu ada dimana-mana termasuk juga diri kita, karena diri/ jiwa kita adalah pertikel terkecil dari brahman itu sendiri. Kita percaya terhadap apa yang ada dan apa yang akan ada semua adalah kehendak dari Tuhan, jadi pada intinya Tuhan itu ada dalam setiap jiwa insani manusia.

1 comment for "Mengenal Sifat dan Kemahakuasaan Tuhan dalam Ajaran Hindu"

  1. Sungguh Artikel yang dapat mencerahkan dan menambah pengetahuan.
    Kunjungi juga website kami di http://www.pasramanganesha.sch.id

    ReplyDelete